Matahari terbit di puncak Gunung Pangrango
Kala itu kami berencana untuk bekemah di alun-alun
Mandalawangi. Ya, alun-alun yang terkenal itu. Tempat meditasinya Soe Hok Gie,
mungkin lebih tepatnya tempat berkontemplasinya.
Gie, begitulah kebanyakan orang mengenalnya. Sosok pemuda
dengan watak dan tekad yang kuat dalam menentang rezim pemerintahan yang
menggigit. Orator yang ulung. Berpola pikir bebas, tak terkekang oleh kondisi,
dan cenderung melawan arus. Dan yang paling terkenal dari itu semua, Gie adalah
salah satu aktivis yang mencintai alam.
Oleh karena itu, disetiap waktu bosannya akan hiruk-pikuk
kehidupan, Gie selalau bercengkrama dengan alam. Maka pada suatu ketika, dengan
aktifitasnya di alam Gie membentuk mahasiwa pecinta alam, atau sering kita
dengar dengan singkatan Mapala. Pada dasarnya, kegiatan mendaki gunung yang
dilakukan Gie adalah untuk merenung atau sekedar berkontemplasi. Ya, dengan
aktifitas seperti itu lah lahir pemikiran jernih dan orisinil yang siap
direalisasikan oleh gerakan massif.
Aktifitas itu pula yang banyak melahirkan syair-syair
menyentuh dan mengkritik. Cerdas namun pedas. Layaknya seorang pujangga, Gie
menyuguhkan karya yang bebeda dalam setiap sentuhannya. Buah karyanya banyak
dikenang dan dijadikan objek kajian pemikiran oleh banyak orang. Termasuk
tempat yang selalu dia kunjungi untuk berkontemplasi, Mandalawangi.
Lembah Mandalawangi
Mandalawangi, merupakan tempat terbuka yang terletak di
Gunung Pangrango. Para pendaki biasa menyebutnya dengan istilah alun-alun, ada
juga yang menyebutnya lembah. Mengapa disebut demikian? karena memang tempat
ini terletak jauh dari puncakan Gunung pangrango, hampir mirip berada di
lembahan, namun pada hakikatnya bukan lembahan. Yang membuat Mandalawangi
sering disebut lembahan, yaitu karena tempat terbuka ini diapit oleh perbukitan
yang mempunyai vegetasi yang hanya tumbuh di ketinggian 2500mdpl. Contoh
tumbuhan tersebut adalah edelweis, si bunga abadi.
Satu hal yang paling penting, tempat ini menyediakan
panorama yang menarik dan sumber air yang melimpah, tak heran banyak pendaki
menyebutnya sebagai alun-alun.
Secara bahasa nama Mandalawangi berasal dari dua kata, yakni
'mandala' dan 'wangi'. Kata dasar 'mandala' berasal dari bahasa Sansakerta yang
berarti tempat atau wilayah. Sedangkat kata dasar 'wangi', seperti yang kita
tau berarti harum.Maka nama Mandalawangi bisa diistilahkan dengan makna tempat
yang harum.
Itu lah Mandalawangi dengan sekilas cerita dibalik pamornya.
Memang menarik untuk diceritakan, terlalu sulit untuk dibayangkan, dan sangat
berambisi untuk mengunjunginya. Dengan sedikit pengetahuan tentang
Mandalawangi, saya berusaha meyakinkan dua teman seperjalan saya untuk menuju
ke sana. Dan akhirnya mereka menyepakati untuk berkemah di lembah Mandalawangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar