Senin, 16 Maret 2015

Wanita Yang Berkarya.

            


Sudah saatnya kaum hawa melakukan ekspansi dalam berkarya. Berbagai bidang telah menunggu untuk mendapatkan sentuhan wanita. Corak pemikiran yang detail, perfeksionisistik dan cinta keindahan merupakan sipat yang kebanyakan wanita miliki. Kreatifitas tinggi dengan keanggunan dalam berpenampilan menjadi daya tarik tersendiri.

Estetis adalah unsur yang tak bisa dipisahkan di alam raya ini dan unsur ini terdapat pada wanita. Kemahasempurnaan ciptaan Allah SWT. nampak jelas terlihat bagi kita yang mau berfikir. Akan sangat terasa ketika kita mengaktualisasikan hasil berfikir itu dengan sebuah aksi nyata. Maka benarlah apa yang difirmankan Allah SWT. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” QS Ar-Ruum: 30.
Begitu banyak dalil yang menerangkan tentang wanita. Dalam pandangan kesemestaan, wanita memiliki peran penting di tiap aspek kehidupan. Dienul Islam amat sangat memperhatikan kesesuaian peranan itu dengan batasan dan hukum yang tegas untuk melindungi dan menjaga izzah wanita. Misalkan dalam tata pakaian atau bebusana, Allah SWT. berfirman “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” QS Al-Ahzab: 59.
Firman lain menerangkan tentang tata kelakuan atau akhlak seorang wanita dalam Al-Quran “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS An-Nuur: 31. Betapa istimewanya wanita hingga Islam sedemikian rupa mengaturnya. Bahkan dalam Al-Quran secara khusus wanita dijadikan nama surat, dan surat itu adalah “An-Nissa” yang berarti “perempuan”. Pengaplikasian dari aturan ini lah yang membawa derajat wanita pada kemulian, dan jadilah sebuah gelar wanita sholehah, atau sering kita sebut “Muslimah”. Muslimah dengan keyakinan yang teguh, dan keistiqomahan dalam memegang bara api yang setiap saat bisa padam, akan mendapat balasan hadiah terindah dari Allah SWT. baik dunia maupun akhirat. Bara api ini adalah segala bentuk ke syar’ian yang Allah SWT. tetapkan dalam Al-Quran. Yaitu aturan-aturan atau rambu-rambu yang menjaga hakikat wanita seutuhnya.
            Muslimah tangguh yang syar’iyah saja belum cukup. Dengan segala kemuliaan yang Allah berikan, sudah sepantasnya kita bergerak menuju kepada kesempurnaan. Yaitu dengan sebuah karya. Mahakarya yang dituangkan dalam segala bentuk kreatifitas, yang lahir atas dasar keyakinan kepada Allah SWT. bahwa pada hakikatnya manusia diberikan akal untuk berfikir, hati untuk merasa, dan nafsu untuk mengapresiasi. Karya itu bisa berupa apa saja dengan catatan ada pada jalur kesyar’ian dan mengharap ridho Allah SWT. Misal, seorang sufi wanita yang terkenal dengan jalan “Mahabbah”. Seluruh hidupnya hanya dipakai untuk mencintai Allah SWT. hingga tiada celah bagi makhluk lain untuk masuk dalam hatinya. Dikisahkan seorang raja yang hendak melamar pun tidak dia terima. Dia adalah Rabiah Al-Adawiah binti Ismail. Dalam sebuah literatur dituliskan syair-syair doa Rabiah, “Jika aku menyembah-Mu karena takut pada api neraka maka masukkan aku di dalamnya! Dan jika aku menyembah-Mu karena tamak kepada surga-Mu, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu, maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku kesempatan untuk melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”. Syair ini mrupakan bentuk mahakarya yang lahir dari kesyar’ian dan keistiqomahan.
            Mari berkarya kawan! kita tidak perlu menjadi sehebat Rabiah. Banyak hal yang bisa menjadikan kita produktif. Kita harus bergerak dengan cara berkarya dan terus berkarya. Kita bisa belajar dari seorang pendaki gunung dimana tujuannya tak lain adalah mencapai puncak dan kembali dengan selamat. Walau pun tanjakan curam, turunan terjal, tibing bahkan jurang menghadang, mereka tetap melangkahkan kakinya dan bergerak hingga tercapailah tujuan tersebut. Tak peduli seberat apa pun itu, tak peduli sesulit apa pun itu mereka menerima dengan hati yang tenang dan riang gembira, hingga pada akhirnya mendapatkan puncak berseta panorama alam, dan segudang cerita perjalanan beserta pengalamannya.
            Hal yang paling penting untuk memulai sebuah mahakarya besar adalah merangkai mozaik karya-karya kecil kita. Apabila kita berfikir, maka akan mendapat sebuah kesimpulan bahwasannya mozaik itu berada pada tulisan. Contonya adalah mahakarya Rabiah Al-Adawiah, yang tanpa tulisan syair-syair doanya mungkin takan sampai kepada kita. Dengan tulisan syair-syair itu menjadi sebuah karya sasatra yang melegenda, tetap abadi dan terkenang sepanjang masa. Begitu pun juga pendaki gunung, mereka berkrya bukan dengan pengalamanya yang bisu tak tertuliskan, melainkan dengan catatan perjalanan, dengan sejuta kisah yang menggoresnya, dan ditulis dengan tinta emas kebanggaannya. Berkarya lewat tulisan adalah hal yang paling produktif dan jelas kesyar’iannya.
Firman Allah SWT. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bcalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.” QS Al-Alaq; 1-4. Allah SWT menurunkan wahyu yang pertama ini kepada Muhammad SAW. dengan kalimat perintah “Iqra” yang berarti “bacalah!”, hingga Jibril beberapa kali memerintah Rosulullah SAW untuk membaca. Dibalik firman Allah ini terdapat makna mendalam yang secara tersirat disampaikan, bahwasannya untuk membaca maka harus ada bahan bacaanya. Bacaan itu ada ketika ada yang menulis. Maka menulis adalah kegiatan produktif yang amat sangat penting. Kita tau karya imam-imam besar, diantaranya karya Sayyid Qutub dengan judul “Fi Zilalil Quran”, Imam Buchori dengan karyanya “Shaih Bukhari”, Imam Muslim dengan karyanya “Shahih Muslim”, dan masih banyak lagi mahakarya fenomenal dalam bentuk tulisan lainnya.
Menulis adalah jalan yang mudah ditempuh untuk muslimah syar’iah yang bercita-cita membangun peradaban, terutama mereka yang ingin lebih produktif dalam berkarya. Karena tulisan menjadi salah satu indikator kemajuan suatu peradaban. Peradaban yang menghasilkan sebuah mahakarya berkualitas dengan kuantitas yang mengagumkan adalah peradaban yang diimpikan bagi semua manusia di alam ini. Maka kita bisa memulainya dengan menulis. Ayo menulis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar